Dokter Kandungan Surabaya | Dr. Greg Agung, SpOG

Layanan Kehamilan & Kesehatan Wanita Profesional

  • Home
  • Layanan
    • Konsultasi & Kontrasepsi
    • PAP Smear
    • Pemeriksaan Ginekologik
    • Pemeriksaan Kehamilan
    • Screening USG 4D
  • Jadwal Dokter
  • Artikel
    • Kebidanan & Kandungan
    • ObsGyn Update
  • Tentang Kami
    • Fasilitas
  • Login Pasien
  • Daftar Antrian
  • 16 May 2025
You are here: Home / Archives for Kebidanan & Kandungan

Pekerjaan Rumah Tangga Yang Tidak Boleh Dilakukan Selama Hamil

2 October 2019 by Dr. Gregorius Agung, SpOG Leave a Comment

Kehamilan merupakan salah satu fase membahagiakan bagi seorang perempuan selama hidupnya. Demi menjaga kesehatan kandungan dan juga janin dalam perutnya, ibu hamil haruslah menjaga kesehatan dan asupan nutrisi selama kehamilan.

Tapi sebagai ibu kadang Anda tidak dapat dilepaskan dalam berbagai pekerjaan rumah tangga termasuk saat hamil. Namun tahukan Anda jika tidak semua pekerjaan rumah aman dilakukan oleh ibu hamil? Pekerjaan ringan seperti menyapu dan cuci piring tentu masih bisa Anda lakukan, namun beberapa pekerjaan rumah yang berat dapat memicu risiko komplikasi kehamilan.

Beberapa perkerjaan rumah yang sebaiknya Anda hindari saat hamil antara lain:

Memindahkan barang yang berat

Mengangkat benda berat merupakan hal yang sering dilakukan oleh ibu rumah tangga saat suami tidak ada di rumah. Mulai dari mengangkat tabung gas, ember yang berisi cucian basah, bahkan mengangkat galon ke dispenser.

Namun saat sedang hamil, hindari melakukan pekerjaan rumah yang mengharuskan Anda untuk mengangkat benda berat. Karena ketika hamil, perubahan hormon yang terjadi dalam tubuh membuat sendi dan ligamen menjadi lebih lemah. Akibatnya, Anda lebih berisiko mengalami cedera atau nyeri otot jika mengangkat atau memindahkan benda berat.

Selain itu, Anda juga perlu lebih hati-hati dengan kondisi punggung, sebab membawa janin di dalam rahim saja sudah memberi banyak tekanan kepada punggung Anda. Jika tetap memaksakan diri untuk mengangkat atau memindahkan benda berat, Anda berpotensi besar untuk mengalami nyeri punggung.

Mengangkat atau memindahkan benda berat saat hamil juga dapat memicu munculnya kondisi yang lebih serius, seperti perdarahan, persalinan prematur, dan air ketuban pecah dini.

Oleh karena itu, hindarilah mengangkat atau memindahkan benda berat saat hamil, ya. Mintalah bantuan suami atau orang rumah jika memang ada benda berat yang perlu dipindahkan.

Mengepel lantai

Mengepel lantai adalah pekerjaan rumah tangga yang terlihat tidak berbahaya, namun saat hamil mengepel lantai adalah pekerjaan yang harus dilakukan dengan hati-hati atau lebih baik dihindari.

Mengepel dapat menimbulkan linu pinggul dan peradangan saraf siatik. Posisi saat mengepel dapat memberikan tekanan pada janin dan membuat kehamilan menjadi beresiko.

Selain itu keadaan lantai yang basah oleh air sabun dapat mengakibatkan ibu hamil tergelincir dan jatuh.

Membersihkan kotak kotoran kucing

Apabila Anda memelihara kucing, sebaiknya hindari dulu aktivitas membersihkan kandang dan kotorannya selama kehamilan. Cobalah minta suami atau orang lain untuk menggantikan Anda melakukan tugas ini sementara waktu.

Kotoran kucing biasanya mengandung parasit Toxoplasma gondii. Jika nekat membersihkan kotoran kucing, Anda bisa terkena toksoplasmosis. Kondisi ini bukan hanya berbahaya untuk Anda, tapi juga untuk janin di kandungan Anda.

Efek dari infeksi ini bisa ringan hingga parah. Kelahiran prematur dan kerusakan organ mata, kulit, dan otak merupakan beberapa masalah kesehatan yang dapat dialami janin jika Anda terinfeksi parasit ini.

Lebih parahnya lagi, terpapar parasit Toxoplasma gondii kerap kali tidak menimbulkan gejala, sehingga banyak ibu hamil yang tidak sadar bahwa ia dirinya telah terinfeksi. Bila Anda pernah membersihkan kotoran kucing dari kandangnya atau merasa memiliki risiko tinggi terinfeksi, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter.

Berdiri terlalu lama

Hindari pekerjaan rumah yang mengakibatkan berdiri terlalu lama, karena berdiri terlalu lama dapat menambah tekanan pada kaki dan punggung yang tentunya tidak baik bagi ibu hamil.

Kegiatan yang membutuhkan berdiri dengan waktu yang cukup lama adalah memasak. Namun bukan berarti ibu hamil tidak boleh memasak!

Untuk ibu hamil, dianjurkan melakukan aktivitas memasak seperti memotong, mengulek atau mempersiapkan bahan dengan posisi duduk.

Posisi berdiri tetap boleh dilakukan, namun dengan jangka waktu yang tidak terlalu lama. Maka dari itu, lebih baik masaklah makanan yang tidak membutuhkan waktu lama.

Membersihkan rumah dengan produk berbahan kimia

Anda mungkin risih melihat lantai kamar mandi yang kotor dan ingin segera membersihkannya dengan larutan berbahan kimia. Anda juga mungkin tidak tahan dengan keberadaan serangga yang ada di rumah dan ingin membasminya dengan semprotan antiserangga.

Sayangnya, ada beberapa zat kimia di produk tersebut yang tidak aman bagi kesehatan Anda dan janin.

Pada masa-masa ini, lebih baik Anda memakai bahan pembersih yang alami dan aman, seperti soda kue, cuka, atau asam borat, untuk membasmi serangga.

Nah, itulah 6 pekerjaan rumah yang pantang dilakukan oleh ibu hamil muda.

Selain menghindari beberapa pekerjaan rumah di atas selama hamil, Anda juga perlu menjalani gaya hidup sehat, termasuk memerhatikan asupan nutrisi. Ingat, semua makanan dan minuman yang Anda konsumsi serta aktivitas yang Anda lakukan akan berpengaruh pada janin di dalam kandungan.

Pastikan juga Anda melakukan pemeriksaan kandungan secara rutin ke dokter kandungan. Selain memantau kondisi kandungan dan janin, dokter juga akan memberi tahu hal apa saja yang perlu Anda lakukan untuk menjaga kesehatan selama kehamilan.

Filed Under: Kebidanan & Kandungan Tagged With: pekerjaan rumah selama hamil, pekerjaan rumah tangga

Mengenal Preeklamsia – Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati

6 September 2019 by Dr. Gregorius Agung, SpOG Leave a Comment

Kehamilan sering kali memang membingungkan. Anda sebagai calon ibu perlu mengetahui mana kondisi yang normal dan mana yang berbahaya. Salah satu kondisi yang hanya terjadi pada saat kehamilan adalah pre-eklamsia.

Pre-eklampsia merupakan suatu kondisi berbahaya yang terjadi pada saat hamil yang diakibatkan oleh tekanan darah tinggi dan kelebihan protein dalam urine. Penyakit ini biasanya timbul setelah 20 minggu usia kehamilan.

Gejala Pre-eklampsia

Preeklamsia kadang-kadang bisa berkembang tanpa gejala apa pun atau hanya menimbulkan gejala ringan tapi pada umumnya tanda klinis utama dari preeklampsia adalah tekanan darah yang terus meningkat. Oleh karena itu, memonitor tekanan darah secara rutin menjadi hal penting untuk dilakukan selama masa kehamilan. Jika tekanan darah wanita hamil mencapai 140/90 mm Hg atau lebih, segeralah berkonsultasi dengan dokter kandungan, terutama bila ditemukan nilai tekanan darah yang tinggi dalam 2 kali pemeriksaan rutin yang terpisah.

Selain hipertensi, tanda klinis dan gejala lainnya dari preeklamsia adalah sebagai berikut :

  • Sesak napas akibat cairan di paru-paru.
  • Sakit kepala parah.
  • Berkurangnya volume urine.
  • Gangguan penglihatan, misalnya pandangan hilang secara sementara, menjadi kabur, atau sensitif terhadap cahaya.
  • Mual dan muntah.
  • Rasa nyeri pada perut bagian atas (biasanya di bawah tulang rusuk sebelah kanan).
  • Meningkatnya kandungan protein pada urine (proteinuria).
  • Gangguan fungsi hati.
  • Pembengkakan pada telapak kaki, pergelangan kaki, wajah, dan tangan.
  • Menurunnya jumlah trombosit dalam darah (trombositopenia).

Laju pertumbuhan janin yang melambat juga bisa menandakan sang ibu menderita preeklamsia. Kondisi ini disebabkan oleh berkurangnya pasokan darah ke plasenta, sehingga janin mengalami kekurangan pasokan oksigen dan nutrisi.

Agar preeklamsia bisa segera terdiagnosis dan ditangani, lakukanlah konsultasi rutin dengan dokter kandungan setiap bulan. Jangan ragu untuk lebih sering melakukan konsultasi dengan dokter kandungan jika merasakan gejala-gejala yang tidak wajar selama masa kehamilan.

Penyebab Preeklamsia

Penyebab preeklamsia belum diketahui secara pasti tetapi beberapa sumber menyebutkan kemungkinan ada beberapa faktor yang mendasari terjadinya preeklamsia yakni kelainan pada plasenta, ukuran pembuluh darah yang lebih sempit, serta mungkin terjadinya rangsangan berbeda di setiap sistem hormon tubuh pada ibu hamil.

Adapun faktor yang mendorong peningkatkan risiko terjadinya penyakit preeklamsia ini, antara lain:

  • Kurangnya nutrisi ibu hamil saat kehamilan
  • Kehamilan anak pertama
  • Adanya riwayat preeklamsia pada kehamilan sebelumnya
  • Mengandung anak kembar
  • Usia ibu terlalu muda atau terlalu tua (kurang dari 20 tahun atau berusia di atas 40 tahun)
  • Mengalami obesitas pada saat hamil
  • Memiliki riwayat keluarga dengan kondisi preeklamsia
  • Usia kehamilan terlalu jauh (kembali hamil setelah kurang lebih 10 tahun tidak hamil)

Pemeriksaan Preeklamsia

Preeklamsia merupakan kondisi yang harus diperiksakan secara langsung ke dokter untuk dapat memastikan sumber penyebab penyakit yang mendasarinya. Berikut adalah beberapa pemeriksaan yang mungkin dapat dilakukan bila Anda mengalami kondisi dan gejala preeklamsia, yaitu:

  • Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik pada alat-alat vital termasuk pemeriksaan lain yang berkaitan.
  • Tes darah. Pemeriksaan darah juga bisa meliputi tes fungsi hati, tes fungsi ginjal, dan pemeriksaan yang terkait dengan sistem pembekuan darah.
  • Analisa urin. Dokter biasanya akan mengumpulkan urin selama 24 jam terakhir yang bertujuan untuk memeriksa dan mengukur jumlah protein dalam urin tersebut. Sampel urin tunggal yang mengukur rasio protein terhadap kreatinin (bahan kimia dalam urin) juga dapat digunakan untuk membuat diagnosis
  • Fetal ultrasound. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan kondisi janin, menentukan perkiraan berat badan janin, serta memperkirakan jumlah air ketuban pada saat kelahiran.
  • Nonstress test or biophysical profile. Tes non-stress adalah prosedur sederhana yang memeriksa bagaimana detak jantung bayi bereaksi ketika bayi bergerak. Profil biofisik menggunakan ultrasound dapat mengukur pernapasan bayi, tonus otot, gerakan, dan volume cairan ketuban di dalam rahim.

Pengobatan dan Pencegahan Preeklamsia

Apabila seorang wanita hamil memiliki risiko tinggi untuk mengalami preeklamsia, biasanya dokter akan memberikan aspirin dosis rendah, mulai dari usia kehamilan 12 minggu sampai bayi lahir, untuk menurunkan risiko terkena preeklamsia.

Wanita yang kekurangan asupan kalsium sebelum dan saat kehamilan, juga akan disarankan mengonsumsi suplemen kalsium untuk mencegah preeklamsia. Meski demikian, wanita hamil sebaiknya jangan mengonsumsi obat, vitamin, atau suplemen apa pun tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter kandungan.

Pada dasarnya, hanya proses kelahiranlah yang bisa menyembuhkan preeklamsia. Jika preeklamsia muncul ketika usia janin belum cukup untuk dilahirkan, dokter kandungan akan memonitor kondisi tubuh penderita dan bayi dengan seksama, hingga usia bayi sudah cukup untuk dilahirkan. Dokter juga biasanya akan lebih sering melakukan pemeriksaan darah dan USG terhadap pasien.

Ketika preeklamsia semakin parah, wanita hamil akan disarankan untuk rawat inap di rumah sakit sampai janin siap dilahirkan. Dokter akan menjalankan pemeriksaan NST secara rutin guna memantau kesehatan janin.

Jika preeklamsia muncul ketika usia janin sudah cukup untuk dilahirkan, biasanya dokter akan menyarankan tindakan induksi atau bedah caesar untuk mengeluarkan bayi sesegera mungkin. Langkah ini diambil agar preeklamsia tidak berkembang menjadi lebih parah.

Obat-obatan yang biasanya diberikan pada wanita hamil yang menderita preeklamsia adalah:

  • Antihipertensi. Dokter akan meresepkan obat penurun tekanan darah yang aman bagi janin dan ibunya.
  • Kortikosteroid. Paru-paru janin bisa berkembang lebih cepat dalam waktu singkat dengan bantuan obat ini. Selain itu, kortikosteroid juga dapat meningkatkan kinerja liver dan trombosit, sehingga kehamilan dapat dipertahankan lebih lama
  • Antikejang. Dokter bisa saja meresepkan obat antikejang jika preeklamsia yang diderita cukup parah, agar terhindar dari munculnya kejang.


Komplikasi Preeklamsia

Pada wanita hamil, preeklamsia bisa menimbulkan komplikasi sebagai berikut:

  • Sindrom HELLP (Haemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet count). Ini adalah sindrom rusaknya sel darah merah, meningkatnya enzim liver, dan rendahnya jumlah trombosit. Sindrom HELLP bisa mengancam keselamatan wanita hamil dan janinnya.
  • Eklamsia. Preeklamsia bisa berkembang menjadi eklamsia yang ditandai dengan kejang-kejang. Kejang ini bisa mengancam keselamatan sang ibu dan janin yang dikandungnya.
  • Penyakit kardiovaskular. Risiko terkena penyakit yang berhubungan dengan fungsi jantung dan pembuluh darah akan meningkat jika seseorang pernah menderita preeklamsia.
  • Kegagalan organ. Preeklamsia bisa menyebabkan disfungsi beberapa organ seperti, paru, ginjal, dan hati.
  • Gangguan pembekuan darah. Komplikasi yang timbul dapat berupa perdarahan karena kurangnya protein yang diperlukan untuk pembekuan darah, atau sebaliknya, terjadi penggumpalan darah yang menyebar karena protein tersebut terlalu aktif.
  • Solusio plasenta. Lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum kelahiran dapat mengakibatkan perdarahan serius dan kerusakan plasenta, yang akan membahayakan keselamatan wanita hamil dan janin.
  • Stroke hemoragik. Kondisi ini ditandai dengan pecahnya pembuluh darah otak akibat tingginya tekanan di dalam pembuluh tersebut. Ketika seseorang mengalami perdarahan di otak, sel-sel otak akan mengalami kerusakan karena adanya penekanan dari gumpalan darah, dan juga karena tidak mendapatkan pasokan oksigen akibat terputusnya aliran darah. Kondisi inilah yang menyebabkan kerusakan otak atau bahkan kematian.

Pada janin, preeklamsia juga bisa menyebabkan pertumbuhan menjadi lambat. Jika preeklamsia yang diderita ibu hamil cukup parah, maka janin harus dilahirkan meski organ tubuhnya belum sempurna. Komplikasi serius, seperti kesulitan bernapas, bisa diderita bayi yang lahir dengan kondisi ini. Terkadang bayi bisa meninggal di dalam kandungan. Dalam kondisi seperti ini, bayi harus menerima perawatan dan pengawasan secara intensif.

Postpartum preeklamsia

Dalam kasus yang jarang terjadi, seorang wanita mungkin mengalami tekanan darah tinggi setelah melahirkan. Ini dikenal sebagai postpartum preeklamsia.

Ini dapat terjadi antara beberapa hari dan beberapa minggu setelah melahirkan. Gejala utamanya adalah tekanan darah tinggi dan protein dalam urine. Gejala preeklampsia yang normal, seperti sakit kepala yang parah dan wajah yang bengkak, juga bisa terjadi.

Ini mudah diobati dengan obat tekanan darah dan obat-obatan yang mengurangi dan mencegah kejang. Biasanya obat yang diresepkan tidak akan memengaruhi kemampuan untuk menyusui.

Filed Under: Kebidanan & Kandungan Tagged With: hipertensi saat hamil, preeklampsia, preeklamsia

Apa Itu Fibroid? Kenali Tumor Jinak Yang Bisa Mengganggu Kesuburan

26 August 2019 by Dr. Gregorius Agung, SpOG Leave a Comment

Menurut National Institutes of Health (NIH), sebagian besar wanita rentan bermasalah dengan fibroid. Pada usia 50 tahun, sekitar 70 sampai 80 persen wanita memiliki fibroid. Dalam banyak kasus, fibroid diyakini tidak menyebabkan gejala tertentu, dan dalam kasus-kasus seperti itu kebanyakan perempuan mungkin tidak menyadarinya. Padahal, fibroid ini merupakan salah satu faktor yang bisa mengganggu kesuburan dan menyebabkan perempuan susah hamil.

Apa itu fibroid?

Fibroid atau biasa disebut tumor rahim terjadi jika sel-sel otot rahim tumbuh abnormal di lapisan dinding rahim. Tumor rahim jenis ini umumnya tidak bersifat ganas. Dalam istilah medis, tumor rahim juga dikenal dengan nama leiomioma atau miom. Kebanyakan kasus tumor rahim bersifat jinak (nonkanker). Miom bisa tumbuh terdiri dari satu tumor, namun bisa juga tumbuh dalam jumlah banyak di rahim. Ukurannya pun bervariasi, mulai dari sebesar biji-bijian hingga sangat besar.

Berdasarkan letak tumbuhnya, tumor rahim diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:

  • Fibroid miometrium (intramural)
    Tumor rahim yang tumbuh di dalam dinding rahim, tepatnya di dalam lapisan otot rahim.
  • Fibroid submukosal
    Tumor rahim yang berkembang di lapisan tepat di bawah lapisan endometrium rahim (lapisan dinding rahim, yang langsung berbatasan dengan rongga rahim) dan kemungkinan tumbuh ke dalam rongga rahim.
  • Fibroid subserosal
    Tumor rahim yang tumbuh di dinding luar rahim ke arah rongga panggul.
  • Fibroid bertangkai (pedunculated fibroids)
    Bila pangkalnya di lapisan subserosa maka biasanya tumor akan tumbuh di luar rahim ke arah rongga panggul. Tapi bila pangkalnya berada di lapisan submukosa, maka tumor akan tumbuh ke arah rongga rahim. Tumor rahim jenis ini melekat pada dinding rahim dengan bergelantungan pada seutas tangkai jaringan.

Penyebab Fibroid

Belum ada kejelasan mengenai apa sebenarnya penyebab fibroid rahim pada seorang wanita. Para pakar kesehatan hanya sepakat bahwa wanita di usia subur cenderung lebih berisiko mengidap fibroid rahim dari pada wanita di usia lainnya.

Sejumlah pakar masih memperdebatkan adanya ketidakannormalan anomali genetik atau dampak dari sirkulasi darah yang tidak normal sebagai penyebab terbentuknya fibroid. Adanya riwayat keloid juga diduga menjadi pemicu pembentukan fibroid.

Beberapa pakar lain juga menduga bahwa ini ada kaitannya dengan pola makan, kadar protein tertentu dari makanan yang memicu proliferasi atau pertumbuhan yang berlebihan. Ada juga yang menyatakan bahwa orang dari ras kulit berwarna (bukan kulit putih) memiliki kecenderungan lebih mudah mengalami miom atau fibroid ini. Selain itu, konsumsi alkohol juga ditengarai sebagai pemicu miom.

Faktor pengaruh estrogen terhadap pembentukan fibroid di rahim juga perlu dipertimbangkan. Itu sebabnya mereka yang mengalami haid sebelum usia 10 tahun memiliki risiko lebih besar mengalami fibroid rahim.

Beberapa wanita hamil didapati mengalami pembesaran fibroid pada trimester pertama kehamilan mereka. Dan secara bertahap fibroid mengecil seiring dengan perkembangan janin, hingga akhirnya luruh bersamaan dengan proses persalinan.

Risiko tertinggi wanita untuk mengidap fibroid rahim adalah pada usia subur. Sekitar 80% kasus terjadi pada wanita di antara usia 20 – 50 tahun, dimana kadar estrogen dalam tubuh mereka relatif tinggi. Kadang fibroid ini terus ada di dalam rahim mereka selama tubuhnya masih dalam masa subur.

Mereka yang mengalami fibroid rahim menahun juga sangat mungkin mengecil ukuran fibroidnya, bahkan hingga menghilang, bersamaan dengan datangnya masa menopause akibat turunnya kadar estrogen dalam tubuh mereka.

Gejala Fibroid

Pertumbuhan fibroid pada area rahim ini menimbulkan sejumlah gejala khas yang menyebabkan penderitanya akan merasakan sejumlah tanda-tanda. Beberapa gejala fibroid tersebut antara lain:

  • Menstruasi dengan keluarnya darah yang berlebihan.
  • Nyeri haid yang berat
  • Nyeri di area panggul, pinggang, hingga kaki bagian atas saat haid
  • Sering sembelit (konstipasi)
  • Perut membuncit, kadang bisa terlihat tidak simetris
  • Kadang muncul linu atau rasa tertekan pada perut saat sedang tidak haid
  • Sering pipis dan muncul rasa ingin pipis secara mendadak
  • Muncul rasa nyeri saat berhubungan intim

Selain sejumlah gejala firboid rahim di atas, penderita juga biasanya akan mengalami gangguan pada kesuburan mereka, termasuk sulit hamil, mudah keguguran, perlekatan janin yang terlalu rendah, dan lain sebagainya.

Fibroid dan Kehamilan

Fibroid yang paling mungkin memengaruhi kehamilan adalah fibroid submukosa. Alasannya karena tumor rahim tersebut kemungkinan dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah pada bagian dinding rahim yang bebas tumor. Akibatnya, selain mengubah bentuk rahim, tumor rahim jenis ini juga mengganggu peletakan dan penanaman (implantasi) embrio pada dinding rahim.

Penderita tumor rahim dan sedang hamil, biasanya akan menemui sedikit masalah. Masalah paling umum yang terjadi pada ibu hamil dengan fibroid antara lain adalah bayi lahir prematur, bayi sungsang, melahirkan melalui operasi caesar, tahapan persalinan terhambat (pembukaan pintu vagina tidak maju-maju), dan solusio plasenta, yaitu kondisi di mana plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum persalinan sehingga mengakibatkan janin tidak mendapatkan cukup oksigen.

Pengobatan Fibroid

Ada kaitan erat antara estrogen dan sejumlah ketidakwajaran dalam rahim yang memicu terbentuknya fibroid. Itu sebabnya cara mengatasi fibroid rahim dapat difokuskan pada upaya untuk menormalkan kembali kondisi di dalam rahim. Beberapa cara mengatasi fibroid rahim antara lain:

Kontrasepsi (Pil KB)
Karena ada pengaruh estrogen yang kuat dalam pertumbuhan fibroid, maka penderita dapat melakukan terapi kontrasepsi dengan meminum pil KB untuk mengendalikan kadar estrogen dalam tubuh. Biasanya dipilih jenis pil KB yang didominasi oleh kadar progestin tinggi untuk mengatur ulang fungsi ovulasi serta mengendalikan penebalan dinding rahim menjelang masa ovulasi.

Levonorgestrel Intrauterine System (LNG-IUS)
Ini adalah semacam alat dari plastik yang dimasukkan ke dalam rahim untuk melepaskan hormon levonorgestrel ke rahim. Hormon ini akan bekerja meniru cara progesteron menetralkan kadar estrogen. Hormon ini juga membantu mengendalikan fungsi ovulasi serta menormalkan kembali pembentukan dinding endometrium.

Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH)
Ini adalah terapi pengobatan yang bekerja sebagai anti estrogen sehingga dapat secara efektif menurunkan kadar estrogen dalam tubuh. Cara ini efektif untuk mengecilkan ukuran fibroid, juga untuk mengatasi gejala-gejala fibroid rahim yang mengganggu penderitanya.

Asam Traneksamat
Ini adalah terapi pengobatan yang menurunkan intensitas sirkulasi darah menuju rahim serta menurunkan intensitas pendarahan haid. Terapi semacam ini biasanya diberikan pada pasien yang masih ingin hamil. Tapi waspadailah baik efek samping koagulan atau pembekuan darah yang lazim terjadi akibat terapi ini.

Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drug (NSAID)
Terapi ini juga kerap diberikan sebagai bantuan untuk meredakan keluhan nyeri perut pada masa-masa menstruasi. Pada dasarnya terapi ini hanya membantu mengatasi nyeri tetapi tidak mengatasi masalah fibroid itu sendiri.

Terapi Progestin
Terapi progestin adalah progesteron buatan yang akan membantu menekan efek dominasi estrogen di dalam rahim. Terapi ini bekerja efektif menormalkan ketidakseimbangan kadar hormon, juga membantu menekan pertumbuhan fibroid rahim. Terapi bisa diberikan secara oral maupun dalam bentuk suntikan.

Ulipristal Acetate
Ini adalah satu metode baru untuk mengatasi fibroid rahim. Menurut Journal of Pharmacology and Pharmacotherapeutic tahun 2012, ulipristal acetate ini bekerja sebagai modulator reseptor progesteron yang akan membantu proses reaksi tubuh terhadap progesteron. Metode ini membantu meningkatkan fungsi progesteron dalam tubuh sehingga dapat mencegah kehamilan dan menekan pembentukan fibroid.

Selain dengan terapi pengobatan, dokter mungkin juga akan menyarankan cara mengatasi fibroid rahim melalui jalan operasi bedah. Tindakan ini dilakukan bila terapi obat dirasa tak cukup ampuh mengatasi fibroid rahim.

Tetapi biasanya terapi obat juga tetap diberikan seiring tindakan operasi dilakukan. Beberapa tindakan operasi standar untuk penanganan fibroid rahim antara lain:

Histeroskopi
Bedah kecil dengan memasukkan alat serupa selang melalui vagina untuk mencapai rahim. Dengan sistem remote, fibroid yang berada dalam rahim akan diangkat melalui prosedur tanpa sayatan dan luka terbuka.

Cryotherapy
Tindakan ini agak mirip dengan histeroskopi, tetapi di sini, titik-titik fibroid akan disemprotkan dengan gas bersuhu sangat rendah hingga mencapai suhu -160 derajat C. Jaringan fibroid yang beku akan lebih mudah diangkat dengan mudah tanpa menyisakan luka pada area rahim.

Miomektomi
Tindakan pembedahan ini secara langsung mengangkat jaringan–jaringan fibroid yang muncul di rahim. Operasi ini tetap memungkinkan pasien untuk bisa hamil kembali pasca operasi.

Histerektomi
Ini adalah tindakan pengangkatan seluruh atau sebagian rahim. Meski prosedur ini tak selalu disarankan, karena pada umumnya fibroid tidak mematikan dan berbahaya. Tetapi jika perkembangan fibroid sudah berlebihan dan sangat besar, dikhawatirkan bisa mengakibatkan perdarahan dan tekanan yang cukup menyakitkan. Histerektomi akan membuat pasien tidak akan bisa hamil lagi.

Embolisasi Arteri Rahim
Tindakan ini dilakukan dengan menembakkan radiasi ke arah pembuluh arteri menuju rahim. Ini akan membentuk sumbatan yang menghalangi aliran darah menuju fibroid. Tindakan ini memiliki risiko sehingga perlu dilakukan oleh ahli radiologi khusus.

Ablasi Rahim
Dilakukan dengan cara mengelupas dinding rahim menggunakan sinar laser atau radiasi tingkat rendah. Tetapi efeknya hanya bekerja pada fibroid yang ukurannya kecil dan yang muncul pada dinding rahim bagian dalam.

Cara mengatasi fibroid rahim biasanya tidak cukup hanya dengan satu prosedur. Bahkan mesipun fibroid telah diangkat, tidak menutup kemungkinan fibroid akan muncul kembali. Diperlukan terapi pengobatan untuk membantu mengatasi pertumbuhannya serta mencegahnya untuk tumbuh kembali.

Hubungi kami dan jadwalkan pemeriksaan untuk mengetahui apakah Anda memiliki ganggunan fibroid.

Filed Under: Kebidanan & Kandungan Tagged With: fibroid, gejala fibroid, kenali fibroid, miom, tumor rahim

Mengenal Perimenopause: Gejala dan Tanda-Tandanya

3 January 2019 by Dr. Gregorius Agung, SpOG Leave a Comment

Mungkin Anda sudah banyak mendengar istilah perimenopause, namun tidak sedikit yang bertanya pada saya karena belum mengerti apa sebenarnya perimenopause itu, bagaimana perimenopause bisa terjadi, apa saja gejala dan tanda yang timbul saat seorang wanita memasuki masa perimenopause, serta bagaimana menyikapi masa-masa perimenopause ini. Penjelasan berikut mungkin bisa membantu Anda memahami tentang masa yang akan dialami oleh semua wanita ini.

Apa itu Perimenopause?

Perimenopause adalah masa transisi menuju menopause, dimana jumlah estrogen yang dihasilkan oleh ovarium mulai berkurang dari waktu ke waktu. Perimenopause biasanya dimulai di usia 40-an tahun dan berlangsung selama 4 sampai 5 tahun hingga terjadinya menopause, yaitu di titik dimana ovarium berhenti memproduksi sel telur.

Namun, sebagian wanita melaporkan mulai mengalami perimenopause di akhir usia 30-an tahun, dan sebagian lainnya mengalami tahap ini hanya selama beberapa bulan atau justru selama 10 tahun.

Perimenopause berakhir ketika seorang wanita telah tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan lamanya.

Tanda-tanda dan gejala Perimenopause

Selama masa transisi menuju menopause, tubuh mengalami perubahan pada tingkat produksi hormon. Tubuh Anda akan mengalami kenaikan dan penurunan jumlah estrogen dan progesteron, dan ketidakseimbangan hormon ini bisa menimbulkan tanda-tanda.

Semakin mendekatnya menopause, semakin parah pula gejala yang Anda alami, biasanya 1 sampai 2 tahun baik sebelum dan sesudah menopause.

Tingkat keparahan gejala perimenopause bisa bervariasi dari satu wanita ke wanita lainnya, dan sebagian besar merupakan akibat dari berkurangnya jumlah estrogen.

Berikut adalah 10 gejala umum dari perimenopause:

Haid tidak teratur
Jeda waktu antar menstruasi Anda bisa menjadi semakin singkat atau panjang, perdarahan yang Anda alami bisa sedikit atau deras, dan Anda bisa tidak mengalami menstruasi. Ini semua dikarenakan pembuahan yang menjadi tidak bisa diprediksi akibat gejolak hormon. Jika haid Anda terus berlangsung selama tujuh hari atau lebih, kemungkinan Anda berada di tahap awal perimenopause. Sedangkan, jika jeda waktu antar haid Anda lebih dari 60 hari, kemungkinan Anda berada di tahap akhir perimenopause.

Hot flashes (Kegerahan)
Kondisi ini adalah hal yang sangat umum dalam perimenopause. Penurunan hormon estrogen dipercaya mengganggu fungsi suhu tubuh sehingga berakibat pada flushing yang parah. Diperkirakan sekitar 75 sampai 80% wanita yang berada dalam perimenopause mengalami hot flashes, dan resiko Anda meningkat jika Anda merokok atau kelebihan berat badan. Hot flashes bisa berlangsung selama beberapa detik sampai 10 menit. Flushing yang parah bisa menyebabkan keringat berlebihan dan bahkan palpitasi jantung, dan terkadang juga night sweats.

Perubahan mood
Hampir 40% wanita mengalami perubahan mood akibat perubahan hormon, dan rasa cemas, sedih, marah, dan depresi cendrung meningkat selama perimenopause. Sebuah studi menemukan bahwa resiko wanita untuk terkena depresi menjadi berlipat ganda begitu ia memasuki tahap perimenopause, dan mereka yang pernah menderita depresi PMS atau depresi postpartum akan lebih rentan mengalaminya. Perubahan mood selama perimenopause juga bisa disebabkan oleh kurangnya tidur.

Kenaikan berat badan
Diperkirakan sekitar 90% wanita mengalami kenaikan berat badan sebagai salah satu gejala perimenopause. Saat estrogen yang dihasilkan oleh ovarium berkurang, tubuh mencarinya dari sumber lain, yaitu sel-sel lemak yang memproduksi estrogen. Ini juga membuat tubuh untuk mengubah kalori menjadi lemak sebagai upaya untuk mengembalikan keseimbangan. Di saat yang bersamaan, metabolisme wanita menurun seiring bertambahnya usia, sehingga terjadilah kenaikan berat badan.

Kenaikan tingkat kolesterol
Selain kenaikan berat badan, penurunan kadar estrogen juga memicu kenaikan kadar kolesterol. Ini termasuk kenaikan kadar kolesterol “jahat” yaitu LDL, yang berkontribusi terhadap resiko penyakit jantung. Di saat yang bersamaan, kolesterol “baik” yaitu HDL pada wanita menurun seiring bertambahnya usia, yang juga merupakan faktor peningkatan resiko penyakit jantung.

Rambut rontok dan/atau kuku rapuh
Akibat penurunan kadar estrogen dan peningkatan kadar stres, wanita mengalami kerontokan rambut dalam perimenopause. Normalnya, tubuh akan mengganti rambut yang rontok secara alami, tetapi pertumbuhan rambut wanita semakin menurun seiring bertambahnya usia. Ketidakseimbangan hormon ini juga menyebabkan kuku rapuh, terutama jika Anda mengalami kekurangan gizi atau dehidrasi selama berada dalam tahap perimenopause.

Tingkat kesuburan menurun
Dorongan seksual wanita bisa mengalami penurunan begitu memasuki masa perimenopause, tetapi mereka dengan dorongan seksual yang tinggi sebelum perimenopause cendrung bisa mempertahankan libidonya selama dan setelah perimenopause. Namun, tingkat kesuburan Anda akan menurun karena tidak teraturnya pembuahan. Meskipun begitu, Anda masih mungkin untuk menjadi hamil selama masa perimenopause.

Kepadatan tulang berkurang
Wanita lebih rentan untuk mengalami gangguan tulang, terutama osteoporosis, dibandingkan dengan pria. Olah karena berkurangnya produksi estrogen, pertumbuhan tulang kembali akan melambat dan tidak bisa menggantikan kepadatan tulang yang hilang dengan cepat. Resiko Anda untuk terkena penyakit kerapuhan tulang akan meningkat begitu memasuki masa perimenopause.

Gangguan pada kandung kemih dan/atau vagina
Masa transisi ini bisa membuat Anda lebih sering buang air kecil. Bahkan, urin bisa keluar tanpa sengaja ketika Anda bersin atau batuk. Selain itu, perimenopause juga memicu jaringan vagina untuk kehilangan kelembaban dan elastisitasnya, karena berkurangnya produksi estrogen. Ini akan berakibat pada vagina yang kering, yang membuatnya rentan terkena infeksi dan nyeri saat berhubungan seks.

Gangguan tidur dan/atau kelelahan
Wanita yang berada dalam perimenopause cendrung menderita sulit tidur akibat ketidaknyamanan fisik dan mental dari berbagai gejala yang dialaminya. Hot flashes bisa membuat Anda mengalami insomnia atau tidur tidak nyenyak, sehingga menyebabkan kelelahan. Depresi juga bisa membuat Anda mengalami sulit tidur dan kelelahan, yang hanya akan berujung pada peningkatkan stres.

Faktor resiko Perimenopause

Meskipun menopause adalah tahap yang normal di kehidupan wanita, Anda bisa memulai perimenopause dini jika Anda memiliki faktor-faktor tertentu. Riwayat keluarga adalah faktor utama yang membuat Anda mengalami gejala perimenopause lebih awal.

Jika ibu Anda, atau anggota keluarga lain dalam keluarga, mengalami menopause di usia dini, kemungkinan Anda juga akan mengalaminya lebih cepat.

Anda juga akan mengalami gejala perimenopause lebih awal jika Anda merupakan perokok aktif. Gejala menopause dilaporkan bisa terjadi satu sampai dua tahun lebih cepat pada wanita perokok dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok.

Ada beberapa pengobatan yang bisa memengaruhi resiko Anda mengalami perimenopause dini. Pengobatan kanker yang menggunakan obat-obatan, yaitu kemoterapi, atau terapi radiasi panggul telah dikaitkan dengan menopause dini.

Selain itu, jika Anda pernah menjalani histerektomi yang mengangkat rahim dan bukan ovarium, Anda bisa mengalami menopause lebih cepat. Jika salah satu indung telur Anda diangkat, indung telur yang lain juga bisa berhenti memproduksi estrogen lebih cepat dari perkiraan, yang berakibat pada menopause dini.

Komplikasi perimenopause

Haid yang tidak teratur adalah gejala yang umum dari perimenopause dan biasanya bukanlah sesuatu yang harus dikhawatirkan. Namun, Anda harus segera memeriksakan diri ke dokter jika perdarahan menstruasi Anda sangat deras, misalnya Anda harus mengganti pembalut setiap satu atau dua jam.

Haid yang berlangsung selama lebih dari tujuh hari, atau keluarnya darah di antara dua siklus haid, juga bisa menjadi tanda bahwa ada gangguan serius pada sistem reproduksi Anda.

Selain itu, jika gejala lain dari perimenopause yang Anda alami bersifat sangat parah dan/atau berkepanjangan, segera cari bantuan medis. Hubungi dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.

Filed Under: Kebidanan & Kandungan Tagged With: apa itu perimenopause, menopause, perimenopause

Amankah Mewarnai Rambut Saat Hamil?

14 December 2018 by Dr. Gregorius Agung, SpOG Leave a Comment

Mewarnai rambut adalah salah satu kegiatan yang paling diminati kalangan wanita karena beberapa di antara mereka merasa lebih percaya diri dengan memiliki warna rambut tertentu. Alasan mewarnai rambut pun bermacam-macam, ada yang sengaja mewarnai rambut untuk menutupi uban dan ada juga untuk mengikuti trend. Namun banyak ibu hamil yang ragu untuk melakukannya karena konon mengecat rambut bisa membahayakan bayi. Benarkah begitu?

Alasan utama banyak orang berpikir bahwa pewarna rambut bisa membahayakan janin adalah karena pewarna rambut yang pada umumnya terbuat dari bahan kimia ada kemungkin bisa terserap lewat pori-pori kulit kepala & rambut, kemudian masuk ke dalam tubuh dan bisa terserap juga oleh janin.

Namun ternyata American Pregnancy Association menyebutkan bahwa pewarna rambut seharusnya tidak berbahaya karena paparan jumlah zat kimia dengan kulit sang ibu sangat kecil. Dan sampai saat ini, belum ada bukti yang benar-benar menjelaskan bahwa mengecat rambut saat hamil dapat membahayakan Anda dan janin Anda.

Tapi untuk para ibu yang super concern tentang potensi efek samping yang membahayakan dari mewarnai rambut, berikut tips yang bisa Anda ikuti:

1. Usahakan untuk tidak melakukan cat rambut pada trimester pertama.

Trimester pertama adalah waktu di mana semuanya terasa lebih sensitive karena masa ini adalah masa pembentukan organ inti janin. Setelah trimester kedua kehamilan, janin telah melalui tahap kritis dari perkembangan organnya, sehingga risiko yang mungkin timbul dari pemakaian cat rambut bisa diperkecil.

2. Pilih produk cat rambut yang aman.

Pilih produk yang mengandung bahan alami dan herbal sebagai ganti produk dengan kandungan bahan kimia sintetis. Henna merupakan salah satu pilihan yang bisa Anda coba, namun memang perlu usaha lebih karena tata cara penggunaannya lebih rumit dan warnanya tidak seawet produk pewarna rambut lainnya.

3. Hindari kontak dengan kulit kepala

Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, pilihlah metode mengecat rambut yang tidak sampai mengenai kulit kepala Anda. Hal ini dilakukan untuk menghindari penyerapan bahan kimia dalam cat rambut melalui kulit kepala Anda.

4. Usahakan mewarnai rambut di ruangan yang sirkulasi udaranya baik.

Beberapa cat rambut punya aroma yang sangat menyengat yang bisa menyebabkan pusing dan rasa ingin muntah. Disarankan untuk mewarnai rambut di ruangan dengan sirkulasi udara baik sehingga aroma menyengat cat rambut tak memenuhi ruangan.

Filed Under: Kebidanan & Kandungan Tagged With: mewarnai rambut saat hamil

  • « Previous Page
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
  • …
  • 10
  • Next Page »

Login Pasien


Links

  • RS Husada Utama
  • RS Lombok Dua Dua
  • RSIA Kendangsari MERR
  • RSIA Kendangsari Surabaya

The Doctor

Dr. Gregorius Agung H, SpOG menyelesaikan pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya pada tahun 1992 dan Pendidikan Pendidikan Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi di universitas yang sama pada tahun 2002. Read More »

Peta Lokasi

Contact Us

GA Clinic - Dr. Gregorius Agung H, SpOG
Jl. Menur Pumpungan 167 A
Surabaya, 60118 · Indonesia

phone: (031) 5963706
Whatsapp: 0857-0848-6899
email: gregspog@yahoo.com

Copyright © 2025 · Dokter Kandungan Surabaya | Dr. Greg Agung, SpOG

GA Clinic akan tutup pada tanggal 16 - 18 Mei 2025 dan buka kembali tanggal 19 Mei 2025