Dokter Kandungan Surabaya | Dr. Greg Agung, SpOG

Dokter Spesialis Kandungan di Surabaya

  • Home
  • Layanan
    • Konsultasi & Kontrasepsi
    • PAP Smear
    • Pemeriksaan Ginekologik
    • Pemeriksaan Kehamilan
    • Screening USG 4D
  • Jadwal Dokter
  • Artikel
    • Kebidanan & Kandungan
    • ObsGyn Update
  • Tentang Kami
    • Fasilitas
  • Login Pasien
  • Daftar Antrian
  • 26 June 2022
You are here: Home / Archives for Kebidanan & Kandungan

Apa Itu Fibroid? Kenali Tumor Jinak Yang Bisa Mengganggu Kesuburan

26 August 2019 by Dr. Gregorius Agung, SpOG Leave a Comment

Menurut National Institutes of Health (NIH), sebagian besar wanita rentan bermasalah dengan fibroid. Pada usia 50 tahun, sekitar 70 sampai 80 persen wanita memiliki fibroid. Dalam banyak kasus, fibroid diyakini tidak menyebabkan gejala tertentu, dan dalam kasus-kasus seperti itu kebanyakan perempuan mungkin tidak menyadarinya. Padahal, fibroid ini merupakan salah satu faktor yang bisa mengganggu kesuburan dan menyebabkan perempuan susah hamil.

Apa itu fibroid?

Fibroid atau biasa disebut tumor rahim terjadi jika sel-sel otot rahim tumbuh abnormal di lapisan dinding rahim. Tumor rahim jenis ini umumnya tidak bersifat ganas. Dalam istilah medis, tumor rahim juga dikenal dengan nama leiomioma atau miom. Kebanyakan kasus tumor rahim bersifat jinak (nonkanker). Miom bisa tumbuh terdiri dari satu tumor, namun bisa juga tumbuh dalam jumlah banyak di rahim. Ukurannya pun bervariasi, mulai dari sebesar biji-bijian hingga sangat besar.

Berdasarkan letak tumbuhnya, tumor rahim diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:

  • Fibroid miometrium (intramural)
    Tumor rahim yang tumbuh di dalam dinding rahim, tepatnya di dalam lapisan otot rahim.
  • Fibroid submukosal
    Tumor rahim yang berkembang di lapisan tepat di bawah lapisan endometrium rahim (lapisan dinding rahim, yang langsung berbatasan dengan rongga rahim) dan kemungkinan tumbuh ke dalam rongga rahim.
  • Fibroid subserosal
    Tumor rahim yang tumbuh di dinding luar rahim ke arah rongga panggul.
  • Fibroid bertangkai (pedunculated fibroids)
    Bila pangkalnya di lapisan subserosa maka biasanya tumor akan tumbuh di luar rahim ke arah rongga panggul. Tapi bila pangkalnya berada di lapisan submukosa, maka tumor akan tumbuh ke arah rongga rahim. Tumor rahim jenis ini melekat pada dinding rahim dengan bergelantungan pada seutas tangkai jaringan.

Penyebab Fibroid

Belum ada kejelasan mengenai apa sebenarnya penyebab fibroid rahim pada seorang wanita. Para pakar kesehatan hanya sepakat bahwa wanita di usia subur cenderung lebih berisiko mengidap fibroid rahim dari pada wanita di usia lainnya.

Sejumlah pakar masih memperdebatkan adanya ketidakannormalan anomali genetik atau dampak dari sirkulasi darah yang tidak normal sebagai penyebab terbentuknya fibroid. Adanya riwayat keloid juga diduga menjadi pemicu pembentukan fibroid.

Beberapa pakar lain juga menduga bahwa ini ada kaitannya dengan pola makan, kadar protein tertentu dari makanan yang memicu proliferasi atau pertumbuhan yang berlebihan. Ada juga yang menyatakan bahwa orang dari ras kulit berwarna (bukan kulit putih) memiliki kecenderungan lebih mudah mengalami miom atau fibroid ini. Selain itu, konsumsi alkohol juga ditengarai sebagai pemicu miom.

Faktor pengaruh estrogen terhadap pembentukan fibroid di rahim juga perlu dipertimbangkan. Itu sebabnya mereka yang mengalami haid sebelum usia 10 tahun memiliki risiko lebih besar mengalami fibroid rahim.

Beberapa wanita hamil didapati mengalami pembesaran fibroid pada trimester pertama kehamilan mereka. Dan secara bertahap fibroid mengecil seiring dengan perkembangan janin, hingga akhirnya luruh bersamaan dengan proses persalinan.

Risiko tertinggi wanita untuk mengidap fibroid rahim adalah pada usia subur. Sekitar 80% kasus terjadi pada wanita di antara usia 20 – 50 tahun, dimana kadar estrogen dalam tubuh mereka relatif tinggi. Kadang fibroid ini terus ada di dalam rahim mereka selama tubuhnya masih dalam masa subur.

Mereka yang mengalami fibroid rahim menahun juga sangat mungkin mengecil ukuran fibroidnya, bahkan hingga menghilang, bersamaan dengan datangnya masa menopause akibat turunnya kadar estrogen dalam tubuh mereka.

Gejala Fibroid

Pertumbuhan fibroid pada area rahim ini menimbulkan sejumlah gejala khas yang menyebabkan penderitanya akan merasakan sejumlah tanda-tanda. Beberapa gejala fibroid tersebut antara lain:

  • Menstruasi dengan keluarnya darah yang berlebihan.
  • Nyeri haid yang berat
  • Nyeri di area panggul, pinggang, hingga kaki bagian atas saat haid
  • Sering sembelit (konstipasi)
  • Perut membuncit, kadang bisa terlihat tidak simetris
  • Kadang muncul linu atau rasa tertekan pada perut saat sedang tidak haid
  • Sering pipis dan muncul rasa ingin pipis secara mendadak
  • Muncul rasa nyeri saat berhubungan intim

Selain sejumlah gejala firboid rahim di atas, penderita juga biasanya akan mengalami gangguan pada kesuburan mereka, termasuk sulit hamil, mudah keguguran, perlekatan janin yang terlalu rendah, dan lain sebagainya.

Fibroid dan Kehamilan

Fibroid yang paling mungkin memengaruhi kehamilan adalah fibroid submukosa. Alasannya karena tumor rahim tersebut kemungkinan dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah pada bagian dinding rahim yang bebas tumor. Akibatnya, selain mengubah bentuk rahim, tumor rahim jenis ini juga mengganggu peletakan dan penanaman (implantasi) embrio pada dinding rahim.

Penderita tumor rahim dan sedang hamil, biasanya akan menemui sedikit masalah. Masalah paling umum yang terjadi pada ibu hamil dengan fibroid antara lain adalah bayi lahir prematur, bayi sungsang, melahirkan melalui operasi caesar, tahapan persalinan terhambat (pembukaan pintu vagina tidak maju-maju), dan solusio plasenta, yaitu kondisi di mana plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum persalinan sehingga mengakibatkan janin tidak mendapatkan cukup oksigen.

Pengobatan Fibroid

Ada kaitan erat antara estrogen dan sejumlah ketidakwajaran dalam rahim yang memicu terbentuknya fibroid. Itu sebabnya cara mengatasi fibroid rahim dapat difokuskan pada upaya untuk menormalkan kembali kondisi di dalam rahim. Beberapa cara mengatasi fibroid rahim antara lain:

Kontrasepsi (Pil KB)
Karena ada pengaruh estrogen yang kuat dalam pertumbuhan fibroid, maka penderita dapat melakukan terapi kontrasepsi dengan meminum pil KB untuk mengendalikan kadar estrogen dalam tubuh. Biasanya dipilih jenis pil KB yang didominasi oleh kadar progestin tinggi untuk mengatur ulang fungsi ovulasi serta mengendalikan penebalan dinding rahim menjelang masa ovulasi.

Levonorgestrel Intrauterine System (LNG-IUS)
Ini adalah semacam alat dari plastik yang dimasukkan ke dalam rahim untuk melepaskan hormon levonorgestrel ke rahim. Hormon ini akan bekerja meniru cara progesteron menetralkan kadar estrogen. Hormon ini juga membantu mengendalikan fungsi ovulasi serta menormalkan kembali pembentukan dinding endometrium.

Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH)
Ini adalah terapi pengobatan yang bekerja sebagai anti estrogen sehingga dapat secara efektif menurunkan kadar estrogen dalam tubuh. Cara ini efektif untuk mengecilkan ukuran fibroid, juga untuk mengatasi gejala-gejala fibroid rahim yang mengganggu penderitanya.

Asam Traneksamat
Ini adalah terapi pengobatan yang menurunkan intensitas sirkulasi darah menuju rahim serta menurunkan intensitas pendarahan haid. Terapi semacam ini biasanya diberikan pada pasien yang masih ingin hamil. Tapi waspadailah baik efek samping koagulan atau pembekuan darah yang lazim terjadi akibat terapi ini.

Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drug (NSAID)
Terapi ini juga kerap diberikan sebagai bantuan untuk meredakan keluhan nyeri perut pada masa-masa menstruasi. Pada dasarnya terapi ini hanya membantu mengatasi nyeri tetapi tidak mengatasi masalah fibroid itu sendiri.

Terapi Progestin
Terapi progestin adalah progesteron buatan yang akan membantu menekan efek dominasi estrogen di dalam rahim. Terapi ini bekerja efektif menormalkan ketidakseimbangan kadar hormon, juga membantu menekan pertumbuhan fibroid rahim. Terapi bisa diberikan secara oral maupun dalam bentuk suntikan.

Ulipristal Acetate
Ini adalah satu metode baru untuk mengatasi fibroid rahim. Menurut Journal of Pharmacology and Pharmacotherapeutic tahun 2012, ulipristal acetate ini bekerja sebagai modulator reseptor progesteron yang akan membantu proses reaksi tubuh terhadap progesteron. Metode ini membantu meningkatkan fungsi progesteron dalam tubuh sehingga dapat mencegah kehamilan dan menekan pembentukan fibroid.

Selain dengan terapi pengobatan, dokter mungkin juga akan menyarankan cara mengatasi fibroid rahim melalui jalan operasi bedah. Tindakan ini dilakukan bila terapi obat dirasa tak cukup ampuh mengatasi fibroid rahim.

Tetapi biasanya terapi obat juga tetap diberikan seiring tindakan operasi dilakukan. Beberapa tindakan operasi standar untuk penanganan fibroid rahim antara lain:

Histeroskopi
Bedah kecil dengan memasukkan alat serupa selang melalui vagina untuk mencapai rahim. Dengan sistem remote, fibroid yang berada dalam rahim akan diangkat melalui prosedur tanpa sayatan dan luka terbuka.

Cryotherapy
Tindakan ini agak mirip dengan histeroskopi, tetapi di sini, titik-titik fibroid akan disemprotkan dengan gas bersuhu sangat rendah hingga mencapai suhu -160 derajat C. Jaringan fibroid yang beku akan lebih mudah diangkat dengan mudah tanpa menyisakan luka pada area rahim.

Miomektomi
Tindakan pembedahan ini secara langsung mengangkat jaringan–jaringan fibroid yang muncul di rahim. Operasi ini tetap memungkinkan pasien untuk bisa hamil kembali pasca operasi.

Histerektomi
Ini adalah tindakan pengangkatan seluruh atau sebagian rahim. Meski prosedur ini tak selalu disarankan, karena pada umumnya fibroid tidak mematikan dan berbahaya. Tetapi jika perkembangan fibroid sudah berlebihan dan sangat besar, dikhawatirkan bisa mengakibatkan perdarahan dan tekanan yang cukup menyakitkan. Histerektomi akan membuat pasien tidak akan bisa hamil lagi.

Embolisasi Arteri Rahim
Tindakan ini dilakukan dengan menembakkan radiasi ke arah pembuluh arteri menuju rahim. Ini akan membentuk sumbatan yang menghalangi aliran darah menuju fibroid. Tindakan ini memiliki risiko sehingga perlu dilakukan oleh ahli radiologi khusus.

Ablasi Rahim
Dilakukan dengan cara mengelupas dinding rahim menggunakan sinar laser atau radiasi tingkat rendah. Tetapi efeknya hanya bekerja pada fibroid yang ukurannya kecil dan yang muncul pada dinding rahim bagian dalam.

Cara mengatasi fibroid rahim biasanya tidak cukup hanya dengan satu prosedur. Bahkan mesipun fibroid telah diangkat, tidak menutup kemungkinan fibroid akan muncul kembali. Diperlukan terapi pengobatan untuk membantu mengatasi pertumbuhannya serta mencegahnya untuk tumbuh kembali.

Hubungi kami dan jadwalkan pemeriksaan untuk mengetahui apakah Anda memiliki ganggunan fibroid.

Filed Under: Kebidanan & Kandungan Tagged With: fibroid, gejala fibroid, kenali fibroid, miom, tumor rahim

Mengenal Perimenopause: Gejala dan Tanda-Tandanya

3 January 2019 by Dr. Gregorius Agung, SpOG Leave a Comment

Mungkin Anda sudah banyak mendengar istilah perimenopause, namun tidak sedikit yang bertanya pada saya karena belum mengerti apa sebenarnya perimenopause itu, bagaimana perimenopause bisa terjadi, apa saja gejala dan tanda yang timbul saat seorang wanita memasuki masa perimenopause, serta bagaimana menyikapi masa-masa perimenopause ini. Penjelasan berikut mungkin bisa membantu Anda memahami tentang masa yang akan dialami oleh semua wanita ini.

Apa itu Perimenopause?

Perimenopause adalah masa transisi menuju menopause, dimana jumlah estrogen yang dihasilkan oleh ovarium mulai berkurang dari waktu ke waktu. Perimenopause biasanya dimulai di usia 40-an tahun dan berlangsung selama 4 sampai 5 tahun hingga terjadinya menopause, yaitu di titik dimana ovarium berhenti memproduksi sel telur.

Namun, sebagian wanita melaporkan mulai mengalami perimenopause di akhir usia 30-an tahun, dan sebagian lainnya mengalami tahap ini hanya selama beberapa bulan atau justru selama 10 tahun.

Perimenopause berakhir ketika seorang wanita telah tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan lamanya.

Tanda-tanda dan gejala Perimenopause

Selama masa transisi menuju menopause, tubuh mengalami perubahan pada tingkat produksi hormon. Tubuh Anda akan mengalami kenaikan dan penurunan jumlah estrogen dan progesteron, dan ketidakseimbangan hormon ini bisa menimbulkan tanda-tanda.

Semakin mendekatnya menopause, semakin parah pula gejala yang Anda alami, biasanya 1 sampai 2 tahun baik sebelum dan sesudah menopause.

Tingkat keparahan gejala perimenopause bisa bervariasi dari satu wanita ke wanita lainnya, dan sebagian besar merupakan akibat dari berkurangnya jumlah estrogen.

Berikut adalah 10 gejala umum dari perimenopause:

Haid tidak teratur
Jeda waktu antar menstruasi Anda bisa menjadi semakin singkat atau panjang, perdarahan yang Anda alami bisa sedikit atau deras, dan Anda bisa tidak mengalami menstruasi. Ini semua dikarenakan pembuahan yang menjadi tidak bisa diprediksi akibat gejolak hormon. Jika haid Anda terus berlangsung selama tujuh hari atau lebih, kemungkinan Anda berada di tahap awal perimenopause. Sedangkan, jika jeda waktu antar haid Anda lebih dari 60 hari, kemungkinan Anda berada di tahap akhir perimenopause.

Hot flashes (Kegerahan)
Kondisi ini adalah hal yang sangat umum dalam perimenopause. Penurunan hormon estrogen dipercaya mengganggu fungsi suhu tubuh sehingga berakibat pada flushing yang parah. Diperkirakan sekitar 75 sampai 80% wanita yang berada dalam perimenopause mengalami hot flashes, dan resiko Anda meningkat jika Anda merokok atau kelebihan berat badan. Hot flashes bisa berlangsung selama beberapa detik sampai 10 menit. Flushing yang parah bisa menyebabkan keringat berlebihan dan bahkan palpitasi jantung, dan terkadang juga night sweats.

Perubahan mood
Hampir 40% wanita mengalami perubahan mood akibat perubahan hormon, dan rasa cemas, sedih, marah, dan depresi cendrung meningkat selama perimenopause. Sebuah studi menemukan bahwa resiko wanita untuk terkena depresi menjadi berlipat ganda begitu ia memasuki tahap perimenopause, dan mereka yang pernah menderita depresi PMS atau depresi postpartum akan lebih rentan mengalaminya. Perubahan mood selama perimenopause juga bisa disebabkan oleh kurangnya tidur.

Kenaikan berat badan
Diperkirakan sekitar 90% wanita mengalami kenaikan berat badan sebagai salah satu gejala perimenopause. Saat estrogen yang dihasilkan oleh ovarium berkurang, tubuh mencarinya dari sumber lain, yaitu sel-sel lemak yang memproduksi estrogen. Ini juga membuat tubuh untuk mengubah kalori menjadi lemak sebagai upaya untuk mengembalikan keseimbangan. Di saat yang bersamaan, metabolisme wanita menurun seiring bertambahnya usia, sehingga terjadilah kenaikan berat badan.

Kenaikan tingkat kolesterol
Selain kenaikan berat badan, penurunan kadar estrogen juga memicu kenaikan kadar kolesterol. Ini termasuk kenaikan kadar kolesterol “jahat” yaitu LDL, yang berkontribusi terhadap resiko penyakit jantung. Di saat yang bersamaan, kolesterol “baik” yaitu HDL pada wanita menurun seiring bertambahnya usia, yang juga merupakan faktor peningkatan resiko penyakit jantung.

Rambut rontok dan/atau kuku rapuh
Akibat penurunan kadar estrogen dan peningkatan kadar stres, wanita mengalami kerontokan rambut dalam perimenopause. Normalnya, tubuh akan mengganti rambut yang rontok secara alami, tetapi pertumbuhan rambut wanita semakin menurun seiring bertambahnya usia. Ketidakseimbangan hormon ini juga menyebabkan kuku rapuh, terutama jika Anda mengalami kekurangan gizi atau dehidrasi selama berada dalam tahap perimenopause.

Tingkat kesuburan menurun
Dorongan seksual wanita bisa mengalami penurunan begitu memasuki masa perimenopause, tetapi mereka dengan dorongan seksual yang tinggi sebelum perimenopause cendrung bisa mempertahankan libidonya selama dan setelah perimenopause. Namun, tingkat kesuburan Anda akan menurun karena tidak teraturnya pembuahan. Meskipun begitu, Anda masih mungkin untuk menjadi hamil selama masa perimenopause.

Kepadatan tulang berkurang
Wanita lebih rentan untuk mengalami gangguan tulang, terutama osteoporosis, dibandingkan dengan pria. Olah karena berkurangnya produksi estrogen, pertumbuhan tulang kembali akan melambat dan tidak bisa menggantikan kepadatan tulang yang hilang dengan cepat. Resiko Anda untuk terkena penyakit kerapuhan tulang akan meningkat begitu memasuki masa perimenopause.

Gangguan pada kandung kemih dan/atau vagina
Masa transisi ini bisa membuat Anda lebih sering buang air kecil. Bahkan, urin bisa keluar tanpa sengaja ketika Anda bersin atau batuk. Selain itu, perimenopause juga memicu jaringan vagina untuk kehilangan kelembaban dan elastisitasnya, karena berkurangnya produksi estrogen. Ini akan berakibat pada vagina yang kering, yang membuatnya rentan terkena infeksi dan nyeri saat berhubungan seks.

Gangguan tidur dan/atau kelelahan
Wanita yang berada dalam perimenopause cendrung menderita sulit tidur akibat ketidaknyamanan fisik dan mental dari berbagai gejala yang dialaminya. Hot flashes bisa membuat Anda mengalami insomnia atau tidur tidak nyenyak, sehingga menyebabkan kelelahan. Depresi juga bisa membuat Anda mengalami sulit tidur dan kelelahan, yang hanya akan berujung pada peningkatkan stres.

Faktor resiko Perimenopause

Meskipun menopause adalah tahap yang normal di kehidupan wanita, Anda bisa memulai perimenopause dini jika Anda memiliki faktor-faktor tertentu. Riwayat keluarga adalah faktor utama yang membuat Anda mengalami gejala perimenopause lebih awal.

Jika ibu Anda, atau anggota keluarga lain dalam keluarga, mengalami menopause di usia dini, kemungkinan Anda juga akan mengalaminya lebih cepat.

Anda juga akan mengalami gejala perimenopause lebih awal jika Anda merupakan perokok aktif. Gejala menopause dilaporkan bisa terjadi satu sampai dua tahun lebih cepat pada wanita perokok dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok.

Ada beberapa pengobatan yang bisa memengaruhi resiko Anda mengalami perimenopause dini. Pengobatan kanker yang menggunakan obat-obatan, yaitu kemoterapi, atau terapi radiasi panggul telah dikaitkan dengan menopause dini.

Selain itu, jika Anda pernah menjalani histerektomi yang mengangkat rahim dan bukan ovarium, Anda bisa mengalami menopause lebih cepat. Jika salah satu indung telur Anda diangkat, indung telur yang lain juga bisa berhenti memproduksi estrogen lebih cepat dari perkiraan, yang berakibat pada menopause dini.

Komplikasi perimenopause

Haid yang tidak teratur adalah gejala yang umum dari perimenopause dan biasanya bukanlah sesuatu yang harus dikhawatirkan. Namun, Anda harus segera memeriksakan diri ke dokter jika perdarahan menstruasi Anda sangat deras, misalnya Anda harus mengganti pembalut setiap satu atau dua jam.

Haid yang berlangsung selama lebih dari tujuh hari, atau keluarnya darah di antara dua siklus haid, juga bisa menjadi tanda bahwa ada gangguan serius pada sistem reproduksi Anda.

Selain itu, jika gejala lain dari perimenopause yang Anda alami bersifat sangat parah dan/atau berkepanjangan, segera cari bantuan medis. Hubungi dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.

Filed Under: Kebidanan & Kandungan Tagged With: apa itu perimenopause, menopause, perimenopause

Amankah Mewarnai Rambut Saat Hamil?

14 December 2018 by Dr. Gregorius Agung, SpOG Leave a Comment

Mewarnai rambut adalah salah satu kegiatan yang paling diminati kalangan wanita karena beberapa di antara mereka merasa lebih percaya diri dengan memiliki warna rambut tertentu. Alasan mewarnai rambut pun bermacam-macam, ada yang sengaja mewarnai rambut untuk menutupi uban dan ada juga untuk mengikuti trend. Namun banyak ibu hamil yang ragu untuk melakukannya karena konon mengecat rambut bisa membahayakan bayi. Benarkah begitu?

Alasan utama banyak orang berpikir bahwa pewarna rambut bisa membahayakan janin adalah karena pewarna rambut yang pada umumnya terbuat dari bahan kimia ada kemungkin bisa terserap lewat pori-pori kulit kepala & rambut, kemudian masuk ke dalam tubuh dan bisa terserap juga oleh janin.

Namun ternyata American Pregnancy Association menyebutkan bahwa pewarna rambut seharusnya tidak berbahaya karena paparan jumlah zat kimia dengan kulit sang ibu sangat kecil. Dan sampai saat ini, belum ada bukti yang benar-benar menjelaskan bahwa mengecat rambut saat hamil dapat membahayakan Anda dan janin Anda.

Tapi untuk para ibu yang super concern tentang potensi efek samping yang membahayakan dari mewarnai rambut, berikut tips yang bisa Anda ikuti:

1. Usahakan untuk tidak melakukan cat rambut pada trimester pertama.

Trimester pertama adalah waktu di mana semuanya terasa lebih sensitive karena masa ini adalah masa pembentukan organ inti janin. Setelah trimester kedua kehamilan, janin telah melalui tahap kritis dari perkembangan organnya, sehingga risiko yang mungkin timbul dari pemakaian cat rambut bisa diperkecil.

2. Pilih produk cat rambut yang aman.

Pilih produk yang mengandung bahan alami dan herbal sebagai ganti produk dengan kandungan bahan kimia sintetis. Henna merupakan salah satu pilihan yang bisa Anda coba, namun memang perlu usaha lebih karena tata cara penggunaannya lebih rumit dan warnanya tidak seawet produk pewarna rambut lainnya.

3. Hindari kontak dengan kulit kepala

Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, pilihlah metode mengecat rambut yang tidak sampai mengenai kulit kepala Anda. Hal ini dilakukan untuk menghindari penyerapan bahan kimia dalam cat rambut melalui kulit kepala Anda.

4. Usahakan mewarnai rambut di ruangan yang sirkulasi udaranya baik.

Beberapa cat rambut punya aroma yang sangat menyengat yang bisa menyebabkan pusing dan rasa ingin muntah. Disarankan untuk mewarnai rambut di ruangan dengan sirkulasi udara baik sehingga aroma menyengat cat rambut tak memenuhi ruangan.

Filed Under: Kebidanan & Kandungan Tagged With: mewarnai rambut saat hamil

Pentingnya Ibu Hamil Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut

8 December 2018 by Dr. Gregorius Agung, SpOG Leave a Comment

Ada banyak hal yang perlu diperhatikan jika Anda sedang hamil atau berencana hamil. Mulai dari kesehatan organ intim, kesuburan tubuh hingga kesehatan gigi yang jika dilihat sekilas tak ada hubungannya dengan kehamilan. Namun ternyata kesehatan gigi menyimpan faktor penting yang perlu diperhatikan oleh wanita yang sedang hamil atau ingin hamil.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Academy of General Dentistry, Chicago membuktikan bahwa ibu hamil yg mengalami masalah pada gigi dan mulut beresiko 3-5x lebih besar melahirkan prematur daripada yang memiliki tingkat kesehatan mulut yang baik. Hal tersebut diperkuat oleh riset Heather Jaret dari University of North Carolina bahwa ibu hamil yang sakit gigi kronis beresiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah. Disamping itu dalam penelitian yang ditulis di Journal of Periodontology bulan februari 2006 menyatakan bahwa perawatan gigi dan mulut sejak dini pd ibu hamil dapat menurunkan resiko preeklampsia sekitar 5-8%

Pada saat hamil, kadar asam di dalam mulut meningkat oleh karena rasa mual dan muntah yg biasanya dialami ibu hamil . Rasa mual tersebut menyebabkan ibu hamil malas menyikat gigi seperti biasanya 2x sehari karena ada kecenderungan menyikat gigi dapat memicu rasa mual. Pada ibu hamil juga juga ditemukan adanya pengeroposan gigi/kerusakan gigi oleh karena penurunan pH di dalam mulut slama kehamilan. Selain itu, ibu hamil juga mudah mengalami peradangan gusi yang diperparah oleh hormon progesteron dan estrogen. Terjadinya peningkatan hormon tersebut, mengakibatkan pelepasan histamin dan enzim proteolitik sehingga respon peradangan gusi meningkat. Bila, peradangan gusi makin parah, gusi menjadi membesar dan bengkak (inflamasi) dan perlahan lahan jaringan ikat pd gusi lepas dari gigi dan gigi mudah goyang. Istilah Pembesaran gusi pada ibu hamil ini disebut gingivitis gravidarum (pregnancy gravidarum). Tingkat keparahan masalah tersebut biasanya terjadi pada awal bln ke dua/tiga dan mencapai puncaknya pd trimester ke 2 dan 3, kemudian akan menurun pd kehamilan bln ke 9.

Beberapa gejala dan ciri peradangan gusi pd ibu hamil yang umum ditemukan antara lain : gusi sakit, warna merah, konsistensi lunak, mudah berdarah dan gusi disela gigi menonjol/membulat. Riset dari Journal of Obstetric Gynecology 2010 menyatakan nahwa ibu hamil yg gusinya terinfeksi dapat menularkan infeksi ke janin melalui placenta. Selain itu, bakteri Streptokokus mutans penyebab gigi berlubang dapat menyebar melalui sirkulasi darah dan dapat menyebabkan gangguan jantung. Kesehatan umum ibu hamil juga mempengaruhi gigi si kecil nantinya karena proses pembentukan bakal gigi pada anak pertama kali terjadi di awal trimester kedua kehamilan (± minggu ke 16). Gangguan pembentukan gigi juga bisa terjadi akibat dari kurang nutrisi kalsium, fosfor dan fluor selama kehamilan.

Berikut beberapa tips untk menjaga kesehatan gigi dan mulut selama kehamilan:

  • Pada ibu hamil yg sering muntah, jangan lupa untuk rajin berkumur sesudahnya. Bisa dengan menggunakan air garam hangat
  • Pilih sikat gigi yg sesuai dan pasta gigi yg membuat nyaman. Ibu hamil tetap menyikatnya minimal 2x sehari ya setelah sarapan dan sebelum tidur malam .
  • Berhati-hatilah dalam penggunaan obat kumur dan obat-obatan lainnya. Sebaiknya konsultasikan dulu dengan dokter kandungan dan dokter gigi terdekat dan untuk obat kumur bacalah label kemasan tentang kontra indikasi untuk ibu hamil.
  • Perbanyaklah mengkonsumsi buah-buahan berserat yg bnyk mengandung vitamin C dan B 12.
  • Penuhi kebutuhan kalsium sesuai anjuran dokter.
  • Apabila sudah ada masalah gigi/mulut, segera ke dokter gigi. Masa kehamilan teraman untuk tindakan perawatan gigi yaitu trimester 2 (13-24 minggu)

Filed Under: Kebidanan & Kandungan Tagged With: kesehatan gigi ibu hamil

Mengenal Endometriosis: Penyebab dan Pengobatan

28 November 2018 by Dr. Gregorius Agung, SpOG Leave a Comment

Penyebab Endometriosis

Walaupun penyakit endometriosis telah diketahui sejak lama, namun belum diketahui secara pasti penyebab dari penyakit ini. Beberapa teori yang berkembang yang mencoba menjelaskan timbulnya endometriosis, antara lain:

  • Teori implantasi, yaitu adanya sel rahim/endometrium yang tertanam (implantasi) akibat aliran menstruasi yang berlawanan arah. Teori ini juga menjelaskan bahwa aliran limfatik juga dapat menyebarkan sel rahim ke seluruh tubuh.
  • Teori metaplasia, yaitu perubahan dari berbagai sel yang berpotensi menjadi sel rahim. Namun teori ini tidak didukung oleh bukti klinis atau eksperimen.
  • Teori induksi, di mana proses biokimia dalam tubuh merangsang sel-sel induk menjadi jaringan rahim.

Pada endometriosis juga terdapat perubahan sistem imun, di mana sitem imun tubuh tersebut tidak mampu menghilangkan sel rahim yang berada di lokasi yang salah. Faktor lain yang memungkinkan untuk terjadinya endometriosis adalah faktor genetik. Seseorang memiliki kemungkinan 7 kali lebih besar untuk terkena endometriosis dibanding orang normal, bila ada saudara tingkat pertama yang memiliki endometriosis. Saudara tingkat pertama yang dimaksud adalah ibu, bibi, atau saudara kandung. Faktor lainnya untuk terjadi endometriosis antara lain: masa siklus menstruasi yang pendek, menstruasi yang banyak, durasi menstruasi yang panjang, tidak pernah melahirkan, riwayat infeksi pelvis, kelainan bentuk rahim.

Pengobatan Endometriosis

Sampai saat ini belum ada pengobatan yang dapat menghilangkan dan menyembuhkan seluruh endometriosis. Pengobatan yang ada sekarang bertujuan untuk meringankan gejala dan mengurangi terjadinya komplikasi.

Untuk meredakan gejala nyeri dapat digunakan obat-obat analgesik golongan anti inflamasi non-steroid (non-steroidal anti-inflammatory/NSAID), seperti asam mefenamat. Beberapa hal yang dapat dilakukan di rumah bila nyeri masih terasa, yaitu mandi dengan air hangat, atau kompres hangat pada daerah yang nyeri untuk mengendurkan otot-otot. Selain itu, olahraga yang teratur dapat membantu meringankan gejala yang timbul.

Karena endometriosis dipengaruhi hormon estrogen, maka pengobatan dengan obat hormonal yang menekan estrogen dapat membantu meringankan gejala. Namun, pengobatan hormonal ini hanya bersifat sementara dan bila dihentikan gejala akan muncul kembali. Pengobatan hormonal yang dapat dipakai contohnya pil kontrasepsi oral, selama minimal 6-12 bulan. Namun, perlu diperhatikan bahwa pasien tidak bisa hamil selama pengobatan.

Kehamilan tidak menyembuhkan endometriosis. Kehamilan hanya dapat memperbaiki endometriosis untuk sementara. Menyusui juga membantu meringankan gejala namun hanya bersifat sementara. Hal ini disebabkan karena selama kehamilan dan menyusui, hormon estrogen ditekan. Namun setelah melahirkan dan menyusui, gejala akan kembali.

Sampai saat ini, operasi merupakan pengobatan yang terbaik namun tidak menyembuhkan. Pada pengobatan dengan pembedahan, akan ditentukan terlebih dahulu apakah fungsi ovarium dapat dipertahankan atau tidak. Fungsi ovarium dapat dipertahankan pada kasus endometriosis dini tanpa gejala, atau pada pasien yang menginginkan kehamilan.

Pembedahan definitif (spesifik untuk suatu penyakit) dilakukan terhadap pasien-pasien yang tidak mau hamil atau mengalami beberapa gejala sekaligus. Jenis pembedahannya antara lain: pengangkatan rahim (histerektomi total), pengangkatan ovarium (salpingo-ooforektomi bilateral), dan membuang jaringan endometriosis (eksisi endometriosis). Pada pasien ini perlu dilakukan terapi pengganti hormonal.

Pengobatan untuk wanita dengan endometriosis tidak hanya mencakup medis. Endometriosis tidak hanya menyerang tubuh, namun juga mental dan hubungan sosial pasien. Banyaknya mitos yang tidak sepenuhnya benar dan gejala yang mengganggu, dapat menambah rasa frustasi pada pasien dengan endometriosis. Oleh karena itu, pengobatan juga perlu diarahkan untuk mental dan hubungan sosial pasien melalui konseling.

Belum ada pencegahan endometriosis yang sukses. Dilaporkan bahwa olahraga aerobik dapat membantu menurunkan risiko terjadi endometriosis. Penggunaan pil kontrasepsi sebagai pencegahan masih kontroversial. Pencegahan lain yang dapat dilakukan adalah tidak memperlambat kehamilan, melakukan pemeriksaan dengan baik dan benar serta tidak menjalani kuret saat sedang haid.

Endometriosis memiliki kecenderungan untuk kambuh. Pada kasus endometriosis yang dilakukan bedah definitif, 3% dari kasus tersebut akan timbul endometriosis berulang. Sementara pada pasien yang menjalani pembedahan konservatif, timbul kekambuhan pada 10% kasus dalam 3 tahun pertama. Tingkat kekambuhan pada endometriosis mencapai 40% dalam 5 tahun.

Link: Mengenal Endometriosis: Apa Itu?

Filed Under: Kebidanan & Kandungan Tagged With: endometriosis, pengobatan endometriosis, penyebab endometriosis

  • « Previous Page
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
  • …
  • 10
  • Next Page »

Login Pasien


Links

  • RS Husada Utama
  • RS Lombok Dua Dua
  • RSIA Kendangsari MERR
  • RSIA Kendangsari Surabaya

The Doctor

Dr. Gregorius Agung H, SpOG menyelesaikan pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya pada tahun 1992 dan Pendidikan Pendidikan Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi di universitas yang sama pada tahun 2002. Read More »

Peta Lokasi

Contact Us

GA Clinic - Dr. Gregorius Agung H, SpOG
Jl. Menur Pumpungan 167 A
Surabaya, 60118 · Indonesia

phone: (031) 5963706
email: gregspog@yahoo.com

Copyright © 2022 · Dokter Kandungan Surabaya | Dr. Greg Agung, SpOG