Mungkin Anda sudah banyak mendengar istilah perimenopause, namun tidak sedikit yang bertanya pada saya karena belum mengerti apa sebenarnya perimenopause itu, bagaimana perimenopause bisa terjadi, apa saja gejala dan tanda yang timbul saat seorang wanita memasuki masa perimenopause, serta bagaimana menyikapi masa-masa perimenopause ini. Penjelasan berikut mungkin bisa membantu Anda memahami tentang masa yang akan dialami oleh semua wanita ini.
Apa itu Perimenopause?
Perimenopause adalah masa transisi menuju menopause, dimana jumlah estrogen yang dihasilkan oleh ovarium mulai berkurang dari waktu ke waktu. Perimenopause biasanya dimulai di usia 40-an tahun dan berlangsung selama 4 sampai 5 tahun hingga terjadinya menopause, yaitu di titik dimana ovarium berhenti memproduksi sel telur.
Namun, sebagian wanita melaporkan mulai mengalami perimenopause di akhir usia 30-an tahun, dan sebagian lainnya mengalami tahap ini hanya selama beberapa bulan atau justru selama 10 tahun.
Perimenopause berakhir ketika seorang wanita telah tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan lamanya.
Tanda-tanda dan gejala Perimenopause
Selama masa transisi menuju menopause, tubuh mengalami perubahan pada tingkat produksi hormon. Tubuh Anda akan mengalami kenaikan dan penurunan jumlah estrogen dan progesteron, dan ketidakseimbangan hormon ini bisa menimbulkan tanda-tanda.
Semakin mendekatnya menopause, semakin parah pula gejala yang Anda alami, biasanya 1 sampai 2 tahun baik sebelum dan sesudah menopause.
Tingkat keparahan gejala perimenopause bisa bervariasi dari satu wanita ke wanita lainnya, dan sebagian besar merupakan akibat dari berkurangnya jumlah estrogen.
Berikut adalah 10 gejala umum dari perimenopause:
Haid tidak teratur
Jeda waktu antar menstruasi Anda bisa menjadi semakin singkat atau panjang, perdarahan yang Anda alami bisa sedikit atau deras, dan Anda bisa tidak mengalami menstruasi. Ini semua dikarenakan pembuahan yang menjadi tidak bisa diprediksi akibat gejolak hormon. Jika haid Anda terus berlangsung selama tujuh hari atau lebih, kemungkinan Anda berada di tahap awal perimenopause. Sedangkan, jika jeda waktu antar haid Anda lebih dari 60 hari, kemungkinan Anda berada di tahap akhir perimenopause.
Hot flashes (Kegerahan)
Kondisi ini adalah hal yang sangat umum dalam perimenopause. Penurunan hormon estrogen dipercaya mengganggu fungsi suhu tubuh sehingga berakibat pada flushing yang parah. Diperkirakan sekitar 75 sampai 80% wanita yang berada dalam perimenopause mengalami hot flashes, dan resiko Anda meningkat jika Anda merokok atau kelebihan berat badan. Hot flashes bisa berlangsung selama beberapa detik sampai 10 menit. Flushing yang parah bisa menyebabkan keringat berlebihan dan bahkan palpitasi jantung, dan terkadang juga night sweats.
Perubahan mood
Hampir 40% wanita mengalami perubahan mood akibat perubahan hormon, dan rasa cemas, sedih, marah, dan depresi cendrung meningkat selama perimenopause. Sebuah studi menemukan bahwa resiko wanita untuk terkena depresi menjadi berlipat ganda begitu ia memasuki tahap perimenopause, dan mereka yang pernah menderita depresi PMS atau depresi postpartum akan lebih rentan mengalaminya. Perubahan mood selama perimenopause juga bisa disebabkan oleh kurangnya tidur.
Kenaikan berat badan
Diperkirakan sekitar 90% wanita mengalami kenaikan berat badan sebagai salah satu gejala perimenopause. Saat estrogen yang dihasilkan oleh ovarium berkurang, tubuh mencarinya dari sumber lain, yaitu sel-sel lemak yang memproduksi estrogen. Ini juga membuat tubuh untuk mengubah kalori menjadi lemak sebagai upaya untuk mengembalikan keseimbangan. Di saat yang bersamaan, metabolisme wanita menurun seiring bertambahnya usia, sehingga terjadilah kenaikan berat badan.
Kenaikan tingkat kolesterol
Selain kenaikan berat badan, penurunan kadar estrogen juga memicu kenaikan kadar kolesterol. Ini termasuk kenaikan kadar kolesterol “jahat” yaitu LDL, yang berkontribusi terhadap resiko penyakit jantung. Di saat yang bersamaan, kolesterol “baik” yaitu HDL pada wanita menurun seiring bertambahnya usia, yang juga merupakan faktor peningkatan resiko penyakit jantung.
Rambut rontok dan/atau kuku rapuh
Akibat penurunan kadar estrogen dan peningkatan kadar stres, wanita mengalami kerontokan rambut dalam perimenopause. Normalnya, tubuh akan mengganti rambut yang rontok secara alami, tetapi pertumbuhan rambut wanita semakin menurun seiring bertambahnya usia. Ketidakseimbangan hormon ini juga menyebabkan kuku rapuh, terutama jika Anda mengalami kekurangan gizi atau dehidrasi selama berada dalam tahap perimenopause.
Tingkat kesuburan menurun
Dorongan seksual wanita bisa mengalami penurunan begitu memasuki masa perimenopause, tetapi mereka dengan dorongan seksual yang tinggi sebelum perimenopause cendrung bisa mempertahankan libidonya selama dan setelah perimenopause. Namun, tingkat kesuburan Anda akan menurun karena tidak teraturnya pembuahan. Meskipun begitu, Anda masih mungkin untuk menjadi hamil selama masa perimenopause.
Kepadatan tulang berkurang
Wanita lebih rentan untuk mengalami gangguan tulang, terutama osteoporosis, dibandingkan dengan pria. Olah karena berkurangnya produksi estrogen, pertumbuhan tulang kembali akan melambat dan tidak bisa menggantikan kepadatan tulang yang hilang dengan cepat. Resiko Anda untuk terkena penyakit kerapuhan tulang akan meningkat begitu memasuki masa perimenopause.
Gangguan pada kandung kemih dan/atau vagina
Masa transisi ini bisa membuat Anda lebih sering buang air kecil. Bahkan, urin bisa keluar tanpa sengaja ketika Anda bersin atau batuk. Selain itu, perimenopause juga memicu jaringan vagina untuk kehilangan kelembaban dan elastisitasnya, karena berkurangnya produksi estrogen. Ini akan berakibat pada vagina yang kering, yang membuatnya rentan terkena infeksi dan nyeri saat berhubungan seks.
Gangguan tidur dan/atau kelelahan
Wanita yang berada dalam perimenopause cendrung menderita sulit tidur akibat ketidaknyamanan fisik dan mental dari berbagai gejala yang dialaminya. Hot flashes bisa membuat Anda mengalami insomnia atau tidur tidak nyenyak, sehingga menyebabkan kelelahan. Depresi juga bisa membuat Anda mengalami sulit tidur dan kelelahan, yang hanya akan berujung pada peningkatkan stres.
Faktor resiko Perimenopause
Meskipun menopause adalah tahap yang normal di kehidupan wanita, Anda bisa memulai perimenopause dini jika Anda memiliki faktor-faktor tertentu. Riwayat keluarga adalah faktor utama yang membuat Anda mengalami gejala perimenopause lebih awal.
Jika ibu Anda, atau anggota keluarga lain dalam keluarga, mengalami menopause di usia dini, kemungkinan Anda juga akan mengalaminya lebih cepat.
Anda juga akan mengalami gejala perimenopause lebih awal jika Anda merupakan perokok aktif. Gejala menopause dilaporkan bisa terjadi satu sampai dua tahun lebih cepat pada wanita perokok dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok.
Ada beberapa pengobatan yang bisa memengaruhi resiko Anda mengalami perimenopause dini. Pengobatan kanker yang menggunakan obat-obatan, yaitu kemoterapi, atau terapi radiasi panggul telah dikaitkan dengan menopause dini.
Selain itu, jika Anda pernah menjalani histerektomi yang mengangkat rahim dan bukan ovarium, Anda bisa mengalami menopause lebih cepat. Jika salah satu indung telur Anda diangkat, indung telur yang lain juga bisa berhenti memproduksi estrogen lebih cepat dari perkiraan, yang berakibat pada menopause dini.
Komplikasi perimenopause
Haid yang tidak teratur adalah gejala yang umum dari perimenopause dan biasanya bukanlah sesuatu yang harus dikhawatirkan. Namun, Anda harus segera memeriksakan diri ke dokter jika perdarahan menstruasi Anda sangat deras, misalnya Anda harus mengganti pembalut setiap satu atau dua jam.
Haid yang berlangsung selama lebih dari tujuh hari, atau keluarnya darah di antara dua siklus haid, juga bisa menjadi tanda bahwa ada gangguan serius pada sistem reproduksi Anda.
Selain itu, jika gejala lain dari perimenopause yang Anda alami bersifat sangat parah dan/atau berkepanjangan, segera cari bantuan medis. Hubungi dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.
Leave a Reply