Mengutip dari WHO, pada 2015, jumlah bayi meninggal dalam kandungan secara global adalah ada 2,6 juta.
Sementara itu jumlah kematian adalah 7.178 per hari. Mayoritas kondisi ini terjadi pada negara-negara berkembang.
Kasus Intrauterine fetal death (IUFD) yang terjadi pada negara dengan penghasilan rendah dan menengah adalah sebanyak 98 persen.
Lalu, sekitar setengah dari semua kasus bayi meninggal dalam kandungan terjadi pada periode intrapartum (selama proses persalinan hingga kelahiran).
Periode tersebut merupakan waktu risiko terbesar selama kehamilan.
WHO memperkirakan, proporsi bayi meninggal dalam kandungan yang intrapartum cukup bervariasi dari 10 persen pada daerah maju, hingga 59 persen di Asia Selatan.
Bayi meninggal setelah lahir merupakan kondisi yang dapat terjadi pada siapapun.
Penyebab Terjadinya IUFD
IUFD adalah intrauterine fetal death atau sering dikenal sebagai kematian janin di dalam kandungan saat usia kehamilan sudah berusia di atas 20-28 minggu. Umumnya kasus IUFD tidak bisa dicegah, namun masih bisa dikurangi risikonya dengan mengetahui faktor penyebab dan langkah pencegahan yang tepat.
Untuk itu, perlu sekali rutin melakukan pemeriksaan kehamilan ke dokter kandungan dan USG. Ini berguna sekali untuk memantau perkembangan janin serta tetap memastikan kondisi kesehatan ibu selama masa kehamilan.
Bila saat diperiksa ada beberapa faktor yang berisiko menyebabkan IUFD, maka rutinlah berkonsultasi dengan dokter agar bisa mendapatkan penanganan yang tepat.
Sebagian besar penyebab IUFD atau yang disebut juga dengan stillbirth tidak diketahui, tapi kondisi ini bisa menjadi pertanda adanya masalah dalam kehamilan. Berbagai kemungkinan penyebab IUFD antara lain:
1. Cacat lahir (kelainan Genetik ) dengan atau tanpa kelainan kromosom
Mengutip dari March of Dimes, sekitar 14 dari 100 kasus bayi lahir mati (14 persen) memiliki kondisi cacat lahir termasuk kondisi kelainan genetik, seperti down syndrome.
Selain itu, kelainan kromosom bertanggung jawab sebesar 15-20 persen dari semua kejadian bayi lahir mati.
Terkadang, bayi lahir mati juga mempunyai kelainan struktural yang bukan karena kelainan kromosom.
Akan tetapi, penyebabnya bisa karena genetik, lingkungan, dan penyebab yang tidak orangtua ketahui.
2. Masalah pada plasenta
Sekitar 24 persen masalah pada plasenta menyebabkan stillbirth. Masalah pada plasenta ini mencakup:
• pembekuan darah,
• peradangan,
• masalah dengan pembuluh darah pada plasenta, serta
• solusio plasenta (plasenta lepas dari dinding rahim sebelum waktunya).
Wanita yang merokok selama kehamilan lebih mungkin untuk mengalami solusio plasenta daripada wanita yang tidak merokok.
3. Kondisi kesehatan ibu
Bayi lahir mati bisa terjadi karena masalah kesehatan pada ibu, seperti:
• diabetes gestasional,
• Tekanan darah tinggi saat hamil
• Preeklampsia
• Lupus (gangguan autoimun)
• Obesitas
• Trauma atau kecelakaan
• Trombofilia (kondisi kelainan pembekuan darah), dan penyakit tiroid.
Tekanan darah tinggi atau preeklampsia saat hamil meningkatkan risiko abruptio plasenta atau bayi lahir mati dua kali lebih besar.
4. Intrauterine growth restriction (IUGR)
IUGR membuat janin memiliki risiko tinggi kekurangan nutrisi. Kekurangan nutrisi ini kemudian membuat pertumbuhan dan perkembangan janin terganggu.
Pertumbuhan dan perkembangan janin yang berjalan sangat lambat dapat menaikkan risiko lahir mati.
Bayi yang kecil atau tidak tumbuh sesuai dengan usianya berisiko mengalami kematian karena asfiksia atau kekurangan oksigen sebelum atau selama kelahiran.
5 . Infeksi selama kehamilan yang memengaruhi ibu, bayi, atau plasenta
Gangguan penyakit yang terjadi pada ibu selama masa kehamilan bisa menyebabkan IUFD atau kematian di dalam kandungan.
Sekitar 1 dari 10 kejadian bayi lahir mati, penyebabnya adalah infeksi. Beberapa infeksi yang dapat menyebabkan bayi lahir mati yaitu:
• sitomegalovirus,
• rubella,
• infeksi saluran kencing,
• saluran kelamin (seperti herpes genital),
• listeriosis (akibat keracunan makanan),
• sifilis, dan
• toksoplasmosis.
• Streptococcus grup B
• Malaria, Sifilis dan HIV
Beberapa infeksi ini mungkin tidak menunjukkan gejala dan tidak terdiagnosis sebelum ibu mengalami kondisi yang lebih serius.
Beberapa kondisi yang lebih serius yaitu kelahiran prematur atau bayi lahir mati.
6. Gawat janin
Gawat janin atau fetal distress adalah sebuah kondisi janin yang tidak kondusif untuk memenuhi syarat menuju persalinan. Umumnya kondisi gawat janin ini ditandai dengan hipoksia janin di mana tidak ada pasokan oksigen yang cukup atau mengalami keterlambatan.
Selain itu, gerakan janin di dalam kandungan yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan tali pusar terpelintir dan suplai nutrisi menjadi terganggu. Padahal tali pusar menjadi jembatan pemenuhan nutrisi dan oksigen sesuai kebutuhan janin. Jika suplai oksigen terhenti, gerakan janin menjadi sangat berlebihan dan dapat mengakibat kematian di dalam kandungan.
7. Mengalami perdarahan
Selama masa kehamilan, tak jarang ada saja berbagai gangguan yang terjadi seiring berjalannya waktu. Ibu hamil yang mengalami kecelakaan hebat hingga mengalami benturan di bagian perut dapat menyebabkan sebagian plasenta terlepas. Kondisi plasenta yang terlepas ini dapat memicu perdarahan, sehingga asupan nutrisi dan oksigen ke dalam tubuh sebagai asupan untuk janin menjadi terhenti.
Perdarahan yang hebat akibat berbagai faktor selama masa kehamilan dapat membuat janin mati di dalam kandungan.
8. Usia kehamilan yang melewati waktu normal
perlu disadari bahwa umumnya kehamilan terjadi hingga usia 40 – 42 minggu. Jika melebihi itu, kehamilan akan dianggap lebih dari batas normal.
Jika sudah lebih dari 40-42 minggu, maka plasenta akan mengalami penuaan dan fungsinya juga akan berkurang. Kondisi plasenta yang sudah tidak optimal ini akan membuat janin kekurangan nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan.
Selain itu, cairan ketuban di dalam kandungan juga akan menjadi lebih kental dan hijau. Jika cairan ketuban terminum oleh janin dan masuk ke dalam paru-parunya dapat menimbulkan infeksi atau keracunan yang berujung kematian pada janin.
9. Usia dan pola hidup yang buruk
Faktor lain yang meningkatkan risiko IUFD adalah terkait usia. Ibu hamil yang berusia lebih dari 35 tahun atau kurang dari 15 tahun lebih rentan mengalami IUFD.
Ibu hamil yang mengalami obesitas, terlalu sering mengonsumsi makanan cepat saji, terlalu banyak minum alkohol hingga merokok selama masa kehamilan, dapat memberikan pengaruh buruk untuk janin. Perlu diketahui bahwa merokok untuk ibu hamil dapat menghambat pertumbuhan janin di rahim karena mengurangi suplai oksigen ke janin melalui plasenta.
Beberapa ahli juga mengemukakan bahwa janin lahir mati atau janin meninggal dalam kandungan sering kali disebabkan oleh kombinasi dari sejumlah faktor di atas, seperti gangguan plasenta, kesehatan ibu, dan pola hidup yang buruk.
Ciri-ciri Bayi Meninggal dalam Kandungan
Setelah mengetahui penyebab Buah Hati meninggal dalam kandungan Berikut ciri-ciri Buah Hati meninggal dalam kandungan yang perlu Ibu tahu.
1. Terjadi Pendarahan
Apabila kehamilan sudah memasuki trimester kedua dan ketiga, lalu tiba-tiba mengalami pendarahan, ada baiknya segera berkonsultasi dengan dokter. Terjadinya pendarahan bisa jadi menunjukkan adanya indikasi IUFD.
2. Demam, Nyeri, dan Kram pada Perut
Ketika tubuh terinfeksi, Ibu akan merasakan demam, nyeri, atau kram perut. Saat hal tersebut terjadi, segera memeriksakan diri ke pusat kesehatan terdekat untuk berkonsultasi dengan dokter terkait gejala yang dirasakan.
3. Tidak Ada Gerakan Janin
Memasuki usia kehamilan 16 minggu, biasanya Ibu mulai bisa merasakan pergerakan Buah Hati. Nah, semakin bertambah usianya, calon Buah Hati akan semakin aktif bergerak.
Jika Ibu tidak merasakan keaktifan Buah Hati setelah beberapa waktu, bahkan di momen spesial, seperti memperdengarkan musik pada Buah Hati, maka segera lakukan pemeriksaan ke dokter kandungan. Penanganan yang cepat bisa menyelamatkan Buah Hati.
Semua Ibu yang menunggu calon Buah Hati, apalagi anak pertama, pasti ingin Buah Hatinya mengalami pertumbuhan dan perkembangan dengan baik. Untuk mencegah Buah Hati meninggal dalam kandungan, pastikan Ibu mengkonsumsi makanan yang sehat dan baik untuk kehamilan.
Bayi meninggal dalam kandungan tetap harus dilahirkan
Pada saat ini, ibu harus segera mengeluarkan bayi yang ada dalam kandungannya tanpa ditunda-tunda lagi. Ibu harus mempersiapkan dirinya untuk sebuah prosedur melahirkan. Diharapkan, ibu bisa mengikhlaskan dan masih mempunyai tenaga untuk dapat melahirkan bayinya yang sudah meninggal, sehingga tidak terjadi masalah saat prosedur melahirkan.
Beberapa ibu mungkin sudah siap untuk langsung diinduksi pada saat itu juga guna merangsang kontraksi rahim, sehingga ibu bisa cepat melahirkan dengan normal. Jika leher rahim ibu belum melebar, dokter akan memberikan obat pada vagina ibu untuk merangsang pelebaran leher rahim. Ibu juga akan diberi infus hormon oksitosin untuk merangsang kontraksi rahim.
Ibu yang lainnya mungkin butuh waktu beberapa hari (1-2 hari) untuk mempersiapkan diri dalam mengeluarkan bayinya. Namun, jika ibu mempunyai infeksi, dokter akan menyarankan untuk langsung mengeluarkan bayi Anda.
Beberapa ibu mungkin akan disarankan untuk mengeluarkan bayinya dengan cara operasi caesar. Beberapa ibu dengan kondisi tertentu akan disarankan untuk menjalani operasi caesar, seperti jika posisi bayi tidak normal (kepala bayi tidak berada di bawah dekat leher rahim), ibu mengalami atau pernah mengalami kelainan plasenta, bayi lebih besar dari ukuran panggul ibu, ibu melahirkan dengan operasi caesar pada kehamilan sebelumnya, kehamilan kembar, dan kondisi khusus lainnya. Operasi caesar dilakukan untuk menghindari komplikasi saat persalinan, seperti perdarahan.
Selain dengan cara melahirkan normal atau operasi caesar, proses pengeluaran bayi lahir mati juga dapat dilakukan dengan cara dilasi dan kuretase (D & C) atau lebih dikenal dengan istilah kuret. Prosedur ini dilakukan jika usia kandungan ibu masih dalam trimester kedua. Prosedur ini memiliki komplikasi yang lebih sedikit dibandingkan dengan prosedur induksi Prosedur melahirkan bayi lahir mati tidak jauh berbeda dengan prosedur melahirkan bayi yang masih hidup. Setelah Anda melahirkan bayi Anda dengan prosedur melahirkan normal, Anda masih akan mengalami kontraksi dengan tingkat sakit yang sama. Anda juga akan merasakan sakit yang sama pada tubuh Anda. Perdarahan pada vagina, kram rahim, dan nyeri perineum juga mungkin akan Anda rasakan setelah melahirkan.
Untuk menghilangkan rasa sakit Anda, dokter mungkin akan memberikan obat. Anda memiliki pilihan yang lebih banyak untuk dapat menghilangkan rasa sakit Anda setelah melahirkan, karena berbagai cara yang Anda ambil tidak akan memberi risiko pada bayi Anda.
Amel says
Jika dikatakan iufd adalah kematian janin pada usia 20-28 minggau.
Sehingga pada usia >28 minggu apakah diagnosa nya dokter?
Trimakasih