Studi terbaru yang dilakukan oleh Dr. A.E. Czeizel dkk. dari Foundation for the Community Control of Hereditary Diseases, Budapest, Hongaria, menunjukkan bahwa hanya ada sedikit peningkatan pada rata-rata berat badan bayi saat dilahirkan, setelah pemberian asam folat dosis tinggi selama kehamilan, namun akan didapat penurunan bermakna pada jumlah persalinan prematur, sehingga bersifat menguntungkan bagi kesehatan masyarakat.
Suplementasi asam folat atau multivitamin pada periode perikonsepsi dianjurkan pada perempuan hamil, guna mencegah timbulnya neural-tube defect. Pertanyaan yang timbul adalah: apakah ada gunanya melanjutkan pemberian suplemen ini setelah kehamilan trimester pertama? Untuk itu, para peneliti menyelidiki apakah suplemen vitamin pada trimester kedua dan terutama trimester ketiga dapat merangsang pertumbuhan fetal dan/atau mengurangi persalinan prematur.
Dalam studi ini digunakan data HCCSCA (Hungarian Case-Control Surveillance of Congenital Abnormalities) tahun 1980 – 1996, yang membandingkan perempuan hamil primipara dan melahirkan bayi tunggal, yang mendapat suplemen vitamin selama kehamilan. Dari data tersebut ditemukan 6.293 perempuan primipara yang hanya mendapat asam folat saja, 169 perempuan mendapat multivitamin, dan 311 perempuan mendapat asam folat + multivitamin. Data ini dibandingkan dengan *7.319 perempuan hamil yang tidak mendapat asam folat ataupun multivitamin yang mengandung asam folat.
Ditemukan bahwa usia kehamilan akan bertambah 0,3 minggu dan berat badan bayi saat lahir 37 g lebih tinggi pada kelompok yang hanya mendapat asam folat, dibanding kelompok plasebo (39,2 minggu, 3.216 g). Jumlah persalinan prematur secara bermakna juga lebih rendah dibanding kelompok plasebo, yaitu 76% dibanding 11,8%, tetapi tidak ada perbedaan bermakna pada bayi dengan berat badan lahir rendah. Pemberian asam folat tunggal pada trimester ketiga menyebabkan pemanjangan usia kehamilan sebesar 0,6 minggu dan penurunan lebih bermakna pada jumlah persalinan prematur (4,8%).
(European Journal of Otoieiriu & Gyncrelegy and Reproductive Biology 2010; 148:135 -140).